Perkenalkan nama saya Rustaman (NIM. 229002495003) Mahasiswa PPG dalam Jabatan Kategori I Tahun 2022 Angkatan 3 Universitas Negeri Makassar, saya adalah seorang guru di Madrasah Aliyah Pringgabaya. Madrasah Aliyah Pringgabaya adalah Madrasah Aliyah Swasta yang terletak paling selatan di Kabupaten Indramayu berdiri sejak tahun 2009 dengan tujuan untuk menyelamatkan anak desa dari putus sekolah karena jauh dan mahalnya pendidikan di tingkat sekolah menengah atas. Salah satu anak desa yang tersematkan adalah saya. Setelah lulus SMP tahun 2008 saya tidak melanjutkan tingkat menengah atas dikarenakan kemampuan ekonomi keluarga beruntung saya ditakdirkan bertemu dengan Madrasah Aliyah Pringgabaya. Pada tahun 2009 saya mencoba melanjutkan pendidikan dengan bersekolah di Madrasah Aliyah Pringgabaya dan Alhamdulilah saya dapat menyelesaikannya ini juga berarti saya adalah lulusan pertama madrasah aliyah ini.
Semua sekolah pastinya bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, hanya saja ada beberapa hal yang harus dipenuhi misalnya saja biaya untuk belajar. Disadari bahwa sumber peserta didiknya berasal dari keluarga tingkat ekonomi rendah maka pihak madrasah menekan biaya pendidikan menjadi serendah mungkin sehingga anak yang bersalah dari ekonomi rendah pun mendapatkan pendidikan yang layak dan setara. Madrasah ini bagaikan sebuah lilin yang menerangi gelap namun harus membakar dirinya agar tetap menyala yang pada prinsipnya adalah madrasah ini memberikan semurah-murahnya pendidikan untuk masyarakat pedesaan namun di sisi lain hal ini menyebabkan lambatnya perkembangan sarana dan prasarana madrasah.
Sarana dan prasarana pendidikan sangat berperan dalam proses pembelajaran yang berfungsi untuk memperlancar dan mempermudah proses transfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik. Terbatasnya sarana prasarana, peran guru yang kurang inovatif, dan penggunaan metode ceramah yang terus berulang ini berdampak pada rendahnya keterampilan sains dan pemahaman konsep peserta didik, dan kurangnya keterampilan HOTS peserta didik.
Semakin saya mendalami profesi mengajar semakin saya tahu ada yang salah dengan cara saya mengajar, sering saya temui hasil ulangan antara anak yang konsisten bertemu dan belajar dengan saya nilai ulangan nya tidak jauh berbeda dengan anak yang jarang masuk sekolah dan jarang ketemu dengan saya pada proses pembelajaran di kelas bahkan beberapa kali saya temui nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan yang rajin. Hal ini seringkali saya berpikir pasti ada yang salah karena ini juga berarti saya masuk kelas dan tidak masuk kelas untuk mengajar tidak ada pengaruhnya, saya sering menghukum diri saya dengan terus merasa gagal sebagai guru, saya merasa kasihan sama mereka bertemu guru yang tidak tepat, karena saya yakin tidak ada siswa yang gagal. Saya tahu ada hal yang salah dengan cara saya mengajar, dengan cara saya berkomunikasi, dengan cara memperlakukan mereka. Tapi apa? saya sudah berbagi masalah ini kepada teman dan guru senior tetapi pertanyaan saya apa itu belajar, apa itu mengajar, dan apa itu hasil belajar? Hingga pada akhirnya saya mendapatkan rizki berupa kesempatan mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Makassar di sini akhirnya saya saya tersadar tentang kesalahan yang selama ini saya lakukan. Kesalahan pertama saya tidak menguasai model pembelajaran, kesalahan kedua saya selalu menyalahkan keterbatasan sarana dan keuangan madrasah sehingga tidak inovatif, kesalahan saya yang ketiga adalah nilai angka di kertas menjadi hal yang sangat penting, saya mengabaikan karakter yang justru penilaianya bisa dilakukan secara pengamatan dan dampaknya langsung teramati.
Pada aksi praktik pengalaman lapangan pertama pertemuan pertama saya mencoba inovatif mencoba membuat alat percobaan sederhana untuk membuktikan tentang kebenaran tekanan hidrostatis menggunakan pesawat HARTL sederhana yang ternyata alat dan bahannya mudah ditemukan disekitar kita, saya menggunakan papan, selang air yang bening, corong, dan balon. Ternyata peserta didik yang awalnya pasif dan kelihatannya kurang semangat untuk belajar mereka menjadi antusias sehingga keterampilan peserta didik untuk menjelaskan fenomena alam dapat mereka jelaskan meskipun masih menggunakan bahasa daerah.
Pada aksi praktik pengalaman lapangan pertama pertemuan kedua saya membeli beberapa buah pipa U yang akan digunakan untuk praktikum menentukan massa jenis minyak goreng menggunakan hukum pokok hidrostatistika, hasilnya adalah sebuah senyum bahagia dari peserta didik pada saat kesimpulan hasil yang mereka dapatkan sama dengan tulisan-tulisan yang selama ini mereka lihat dan baca dari buku maupun internet.
Pada aksi praktik pengalaman lapangan kedua pertemuan pertama saya menyajikan sebuah fenomena melalui sebuah tayang vidio ternyata semua mata menatap layar vidio dengan penuh penasaran dan sebagai tindak lanjut pembelajarannya saya mengajak siswa untuk mensimulasikan cara menghitung debit dari sebuah botol yang sebelumnya sudah saya lubangi dan ternyata kemampuan mengamati dan menghitung mereka tidak buruk-buruk amat, tidak seperti yang saya duga selama ini.
Pada aksi praktik pengalaman lapangan kedua pertemuan kedua saya menggunakan ice breaking yang mengharuskan mereka untuk berpikir dan memecahkan masalah ada salah satu jawaban yang membuat gelagak tawa kemudian saya ajak siswa untuk membuktikan teorema torricelli hingga pada akhir praktikum mereka ada dua kubu yang berbeda hasil praktikum.
Saya tidak mau lagi peserta didik saya menanggung hal-hal dari keegoisan dan kesalahan saya, saya tidak mau mereka menjadi korban karena ketidakmampuan saya. Sedari awal saya sadari mereka yang bersekolah di sini adalah anak-anak yang punya niatan murni untuk belajar, yang ingin mengembangkan dirinya, yang memiliki motivasi untuk tidak mau kalah dengan teman-temannya yang lebih beruntung untuk mendapatkan sekolah yang dirasa lebih keren.. dan saya sangat memahami hal itu, peserta didik adalah pion yang nantinya akan menjadi raja. Selayaknya memperlakukan sang raja, semampu saya akan saya berikan sebuah pembelajaran yang menarik, inovatif, menyenangkan, dan mungkin sedikit mebuat berfikir.