Nama saya intan, saya
berasal dari keluarga berkecukupan tapi kedua orang tuaku sibuk dengan urusan
pekerjaannya. Setiap hari saya selalu bersama bibi sumi yang menemaniku tanpa
lelah. Bibi sumi saya anggap seperti nenek saya, karena dia sayang dan
perhatian sama saya. Sejak kecil saya diasuh sama bibi sumi seperti cucunya,
kini saya mulai dewasa mengerti mana yang baik dan buruk dan mana yang tulus
dan tidak tulus menyayangiku. Sosok bibi dalam hidupku sangat berarti beliau selalu memberi saya motivasi dalam perjalanan lika liku hidup ini.
Papah selalu sibuk
dengan urusan kantornya seolah saya tidak dianggap ada begitupun dengan mamah.
Mamah selalu mengurusi salonnya, sehingga saya kurang perhatian dan
kasih sayangnya. Semuanya saya miliki tapi satu yang saya tidak miliki yaitu
perhatian dari orang tuaku sendiri. Tapi saya selalu mendapat perhatian dari
pembantu yang saya anggap nenekku sendiri, dengan perhatiannya saya jalani
hidup dengan sabar dan ikhlas.
Pada suatu hari saya
mengenal seseorang yang bernama Rio, dia adalah teman sekelasku. Saya sangat
mengidolakannya karena dia sosok pria idamanku yang selama ini saya cari.
“ neng. Sedang apa, kok
bengong saja
”kelihatannya neng
gembira, senyum-senyum sendirian”
“
ia… dia sangat baik dan perhatian, namun saya malu untuk mengungkapkanya nek,
masa cewe yang nembak
“
neng harus terus mendekatinya beri dia perhatian neng.
“neng
malu nek (hehehe) dengan cara apa nek
“
minta nomer hpnya…. Neng harus pintar-pintar member perhatian
“
ok, nek… makasih ….. neng sayang nenek
“
nenek juga sayang neng.
Dengan
motivasi dari nenek, saya harus bersemangat untuk mendapatkan Rio seseorang yang aku cintai. Mudah-mudahan
usaha saya ini bisa berhasil, semangat cici. Pagipun datang saya harus bergegas
menuju ke sekolah, dengan hati gembira saya berangkat sekolah. Jam sekolah
berbunyi tanda masuk sekolah, aku tak sabar menunggu jam istirahat. saya harus
minta nomer hpnya Rio.
“ Assalamu’alaikum Rio,
boleh saya duduk di sini
“wa’alaikum salam,
silakan cici. Ada apa
“hm…hm saya malu untuk
berbicara
“kenapa mesti malu,
emangnya mau nanya apa
“aku minta nomer hp
kamu boleh tidak..
“ya…saya mau jadi si
cerewet dalam hidupmu
“saya mau
mengingatkan kamu saja…
“ ya, lihat saja nanti.
Boleh ya
“hehe, makasih Rio.
Kamu baik sekali
Terimakasih ya Allah,
engkau telah mengabulkan do’aku ini. Saya harus meluluhkan hati Rio. Tinggal
menunggu saat yang tepat untuk member perhatianku saja.
“ belum ci,,,, sebentar
lagi
“ eh,,,, pentingin
solat dulu
“ nangungg sebentar
lagi ci”
“ ayo…. Ntar waktu
solatnya habis, biar pikiranmu tenang.
Hari demi hari telah berlalu, akhirnya
Rio menyadari bahwa saya member perhatian kepadanya. Kini hati Rio telah saya
taklukkan tinggal menunggu dia mengungkapkannya kepadaku, usahaku berhasi
berkat do’a dan usahaku tapi dengan dibantu nenek tersayang.
‘ Cici…?(wajahnya tersipu
malu)
“ bolehkah aku
berbicara sesuatu kepadamu
“boleh,,Rio aku siap
mendengarkanmu
“Hm…hm..hm aku sayang
kamu ci
“ hahaha,,,,,, yang
bener
‘kok, ketawa…. Ia
beneran ci
‘apakah saya tidak
bermimpi di siang bolong
‘maksud saya, menolak menjadi temanmu. Aku ingin
jadi kekasihmu dan pendampingmu, biar aku
bisa mengingatkanmu terus..
“aku akan jadi kekasihmu yang selalu ada buatmu
Akhirnya aku bisa
menjadi kekasihmu, hati ini sangat sensing sekali bisa mendengar kata-kata itu
dari mulutmu. Terasa dunia ini tersenyum
melihatku bahagia bersamamu, biarkan waktu yang memisahkan kita.